Pertemuan 4
BAB 7 BUDAYA POLITIK INDONESIA
Makna Dan Perkembangan Budaya Politik
A. Pengertian Budaya Politik
Budaya politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokratisasi tidak berjalan baik bila tidak ditunjang oleh budaya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Para ilmuwan politik menyatakan bahwa setiap proses politik senantiasa terjadi dalam lingkup budaya, artinya dalam jangka waktu tertentu akan selalu terjadi proses pertentangan antara kehidupan politik di satu pihak dengan sistem nilai budaya masyarakat di pihak lain.
Hakikat Budaya Politik
Budaya politik suatu masyarakat berkembang dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu. Bahkan dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh interaksi antar orientasi dan antar nilai. Budaya politik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sejumlah sikap, keyakinan, dan perasaan tertentu yang mendasari, mengarahkan dan memberi arti pada tingkah laku dan proses politik dalam suatu sistem politik, mencakup cita-cita politik ataupun norma-norma yang sedang berlaku di masyarakat politik.
Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik. Berbeda dengan peradaban politik yang lebih dititiktekankan pada teknologi, budaya politik dilihat dari perilaku politik masyarakat antara mendukung atau antipati, juga perilaku yang dipengaruhi oleh orientasi umum atau opini publik. Budaya politik merupakan perwujudan nilai-nilai politik yang dianut oleh sekelompok masyarakat, bangsa atau negara yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan politik kenegaraan.
Beberapa ahli politik mendefinisikan budaya politik sbb :
· Samuel Beer: budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaimana pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh pemerintah.
· Almond dan Sidney Verba: budaya politik adalah suatu sikap orientasi yang khas warganegara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warganegara yang ada di dalam sistem itu.
· Rusadi Sumintapura: budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
B. Ciri-ciri Budaya Politik
Ciri budaya politik tidak lain adalah orientasi psikologis terhadap sistem politik, yang kemudian mengalami proses internalisasi ke dalam bentuk :
o orientasi kognitif (pemahaman dan keyakinan), yang meliputi pengetahuan dan keyakinan-keyakinan tentang sistem politik beserta atributnya, seperti ibukota negara, lambang negara, batas-batas negara, dsb. Contoh orientasi kognitif yang berupa pemahaman : pengetahuan tentang pemilu, pilihan gubernur/bupati/walikota, partai politik, fungsi DPR/DPRD, dsb. Contoh orientasi kognitif berupa keyakinan terhadap sistem politik : keyakinan bahwa pemilu, partai politik, parlemen, dan pers yang bebas merupakan lembaga yang harus ada dalam sistem politik demokrasi.
o orientasi afektif(ikatan emosional/perasaan), yang terdiri dari perasaan-perasaan mengenai sistem politik. Contoh orientasi afektif : perasaan optimis bahwa pemilu yang luber dan jurdil dapat menghasilkan wakil rakyat yang berkualitas, pemilihan gubernur/bupati/walikota secara langsung dapat memperoleh kepala pemerintahan daerah yang lebih berkualitas ketimbang pemilihan gubernur/bupati/walokota secara tidak langsung (oleh DPRD).
o orientasi evaluatif(penilaian), yang meliputi komitmen pada nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan politik (dengan menggunakan informasi dan perasaan) tentang kinerja dari sistem politik. Contoh orientasi evaluatif : komitmen untuk mendukung pelaksanaan pemilihan gubernur/bupati/walikota secara langsung sesuai aturan yang berlaku, komitmen untuk memberikan suaranya dalam pemilu.
C. Macam-macam Budaya Politik
Macam-macam budaya politik menurut Alex Inkeles :
a) Budaya politik demokrasi, yang mencakup : fleksibilitas, kepercayaan, keefektifan, keterbukaan terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru, toleransi tehadap perbedaan-perbedaan, penerimaan orang lain, dan sikap pada orientasi yang tidak “tunduk secara membuta” maupun “menolak secara bermusuhan” tetapi lebih berupa “bertanggung jawab walaupun selalu waspada”.
b) Budaya politik otoritarian, yang mencakup: kepercayaan pada para pemimpin yang kuat, kebencian terhadap orang luar dan penyimpang, rasa ketidakberdayaan dan ketidakefektifan, sinisme ekstrim, kecurigaan dan tidak percaya pada orang lain, dan dogmatisme.
Sedangkan ditinjau dari berbagai aspek, budaya politik dapat dibedakan :
· Budaya politik yang ada pada kelompok elit (politisi, intelektual, pemimpin bisnis, pemimpin perkumpulan, praktisi media, dsb) yang pada umumnya memiliki nilai-nilai dan norma tersendiri dan mereka sering berada di jajaran depan dalam perubahan nilai berskala besar.
· Budaya politik kelompok etnis dan regional yang berbeda dalam sebuah negara tunggal, sering memiliki sistem nilai dan pandangan dunia yang berbeda.
· Budaya politik kelompok dengan latar belakang tertentu, seperti militer, birokrasi, akademisi, dsb. Mereka memiliki keyakinan-keyakinan dan norma-norma khusus yang berlaku pada latar belakang yang berbeda.
D. Perkembangan Budaya Politik
Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap berkembangnya budaya politik ? Perkembangan budaya politik dipengaruhi oleh faktor-faktor : a) Pembelajaran politik melalui pengalaman sejarah; b) Perubahan struktur / kelembagaan dalam sistem politik; c) Sosialisasi politik; d) Perubahan-perubahan sturktur sosial dan ekonomi; e) Situasi dan kondisi internasional, termasuk kolonialisme dan perembesan (infiltrasi) budaya; f) Fungsi sistem politik
Menurut Myron Weiner, terdapat sedikitnya lima hal yang dapat mempengaruhi gerakan ke arah partisipasi politik, yakni : Modernisasi; Perubahan-perubahan struktur kelas sosial; Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern; Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik; Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan
Almond dan Verba menyatakan bahwa negara-negara yang mempunyai budaya politik yang sudah matang akan menopang demokrasi yang stabil. Sebaliknya, negara-negara yang memiliki derajat budaya politik yang belum matang tidak mendukung terwujudnya demokrasi yang stabil. Kematangan budaya politik tersebut ditunjukkan dengan peluang yang diberikan oleh negara kepada masyarakat untuk mandiri, sehingga memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar